Laporan Praktikum Kompleksometri
BAB
1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu dari
reaksi-reaksi matematis yang tidak disertai perubahan valensi adalah reaksi
pembentukan kompleks. Penetapan kualitatif yang berdasarkan reaksi komlpeks
disebut kompleksometri. Kompleksometri disebut juga dengan kelatometri.
Kompleksometri merupakan jenis titrasi dimana titran dan titrat saling
mengompleks, membentuk hasil berupa kompleks. Reaksi-reaksi pembentukan
kompleks atau yang menyangkut kompleks banyak sekali dan penerapannya juga
banyak, tidak hanya dalam titrasi. Karena itu perlu pengertian yang cukup luas
tentang kompleks, sekalipun disini pertama-tama akan diterapkan pada titrasi.
Asam etilen
diamin tetra asetat atau yang lebih dikenal dengan EDTA, merupakan salah satu
jenis asam amino polikarboksilat. EDTA sebenaranya adalah ligan seksidentat
yang dapat berkoordinasi dengan suatu ion logam lewat kedua nitrogen dan
keempat gugus karboksil-nya atau disebut ligan multidentat yang mengandung
lebih dari dua atom koordinasi permolekul, misalnya asam
1,2-diaminoetanatetraasetat (asametilenadiaminatetraasetat, EDTA) yang
mempunyai dua atom nitrogen penyumbang dan empat atom oksigen penyumbang dalam
molekul.
1.2 Tujuan
1.
Standarisasi Na-EDTA dengan Kalsium
Klorida
2.
Menenttukan kesadahan total dalam air
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
Titrasi kompleksometri yaitu titrasi berdasarkan
pembentukan persenyawaan kompleks (ion kompleks atau garam yang sukar mengion),
Kompleksometri merupakan jenis titrasi dimana titran dan titrat saling
mengkompleks, membentuk hasil berupa kompleks. Reaksi–reaksi pembentukan
kompleks atau yang menyangkut kompleks banyak sekali dan penerapannya juga
banyak, tidak hanya dalam titrasi. Karena
itu perlu pengertian yang cukup luas tentang kompleks, sekalipun disini
pertama-tama akan diterapkan pada titrasi. Contoh reaksi titrasi kompleksometri
:
(Khopkar,
2002).
Salah satu tipe reaksi kimia yang berlaku sebagai
dasar penentuan titrimetrik melibatkan pembentukan (formasi) kompleks atau ion
kompleks yang larut namun sedikit terdisosiasi. Kompleks yang dimaksud di sini
adalah kompleks yang dibentuk melalui reaksi ion logam, sebuah kation, dengan
sebuah anion atau molekul netral (Basset, 1994).
Titrasi kompleksometri juga dikenal sebagai reaksi
yang meliputi reaksi pembentukan ion-ion kompleks ataupun pembentukan molekul
netral yang terdisosiasi dalam larutan. Persyaratan mendasar terbentuknya
kompleks demikian adalah tingkat kelarutan tinggi. Selain titrasi komplek biasa
seperti di atas, dikenal pula kompleksometri yang dikenal sebagai titrasi
kelatometri, seperti yang menyangkut penggunaan EDTA. Gugus-yang terikat pada ion pusat, disebut ligan, dan
dalam larutan air, reaksi dapat dinyatakan oleh persamaan :
M(H2O)n
+ L = M(H2O)(n-1) L + H2O
(Khopkar, 2002).
Asam etilen diamin tetra
asetat atau yang lebih dikenal dengan EDTA, merupakan salah satu jenis asam
amina polikarboksilat. EDTA sebenarnya adalah ligan seksidentat yang dapat
berkoordinasi dengan suatu ion logam lewat kedua nitrogen dan keempat gugus
karboksil-nya atau disebut ligan multidentat yang mengandung lebih dari dua
atom koordinasi per molekul, misalnya asam 1,2-diaminoetanatetraasetat
(asametilenadiamina tetraasetat, EDTA) yang mempunyai dua atom nitrogen –
penyumbang dan empat atom oksigen penyumbang dalam molekul (Rival, 1995).
Suatu EDTA dapat
membentuk senyawa kompleks yang mantap dengan sejumlah besar ion logam sehingga
EDTA merupakan ligan yang tidak selektif. Dalam larutan yang agak asam, dapat
terjadi protonasi parsial EDTA tanpa pematahan sempurna kompleks logam, yang
menghasilkan spesies seperti CuHY–. Ternyata bila beberapa ion logam
yang ada dalam larutan tersebut maka titrasi dengan EDTA akan menunjukkan
jumlah semua ion logam yang ada dalam larutan tersebut (Harjadi, 1993).
Selektivitas kompleks dapat diatur dengan pengendalian
pH, misal Mg, Ca, Cr, dan Ba dapat dititrasi pada pH = 11 EDTA. Sebagian besar
titrasi kompleksometri mempergunakan indikator yang juga bertindak sebagai
pengompleks dan tentu saja kompleks logamnya mempunyai warna yang berbeda dengan
pengompleksnya sendiri. Indikator demikian disebut indikator metalokromat.
Indikator jenis ini contohnya adalah Eriochrome black T; pyrocatechol violet;
xylenol orange; calmagit; 1-(2-piridil-azonaftol), PAN, zincon, asam salisilat,
metafalein dan calcein blue (Khopkar, 2002).
Satu-satunya ligan yang lazim dipakai pada masa lalu
dalam pemeriksaan kimia adala ion sianida, CN–, karena sifatnya yang
dapat membentuk kompleks yang mantap dengan ion perak dan ion nikel. Dengan ion
perak, ion sianida membentuk senyawa kompleks perak-sianida, sedagkan dengan
ion nilkel membentuk nikel-sianida. Kendala yang membatasi pemakaian-pemakaian
ion sianoida dalam titrimetri adalah bahwa ion ini membentuk kompleks secara
bertahap dengan ion logam lantaran ion ini merupakan ligan bergigi satu (Rival,
1995).
Titrasi dapat ditentukan dengan adanya penambahan
indikator yang berguna sebagai tanda tercapai titik akhir titrasi. Ada lima
syarat suatu indikator ion logam dapat digunakan pada pendeteksian visual dari
titik-titik akhir yaitu reaksi warna harus sedemikian sehingga sebelum titik
akhir, bila hampir semua ion logam telah berkompleks dengan EDTA, larutan akan
berwarna kuat. Kedua, reaksi warna itu haruslah spesifik (khusus), atau
sedikitnya selektif. Ketiga, kompleks-indikator logam itu harus memiliki
kestabilan yang cukup, kalau tidak, karena disosiasi, tak akan diperoleh
perubahan warna yang tajam. Namun, kompleks-indikator logam itu harus kurang
stabil dibanding kompleks logam-EDTA untuk menjamin agar pada titik akhir, EDTA
memindahkan ion-ion logam dari kompleks-indikator logam ke kompleks logam-EDTA
harus tajam dan cepat. Kelima, kontras warna antara indikator bebas dan
kompleks-indikator logam harus sedemikian sehingga mudah diamati. Indikator
harus sangat peka terhadap ion logam (yaitu, terhadap pM) sehingga perubahan
warna terjadi sedikit mungkin dengan titik ekuivalen. Terakhir, penentuan Ca
dan Mg dapat dilakukan dengan titrasi EDTA, pH untuk titrasi adalah 10 dengan
indikator eriochrome black T. Pada pH tinggi, 12, Mg(OH)2 akan
mengendap, sehingga EDTA dapat dikonsumsi hanya oleh Ca2+ dengan
indikator murexide (Basset, 1994).
Kesulitan yang timbul dari kompleks yang lebih rendah
dapat dihindari dengan penggunaan bahan pengkelat sebagai titran. Bahan
pengkelat yang mengandung baik oksigen maupun nitrogen secara umum efektif
dalam membentuk kompleks-kompleks yang stabil dengan berbagai macam logam.
Keunggulan EDTA adalah mudah larut dalam air, dapat diperoleh dalam keadaan
murni, sehingga EDTA banyak dipakai dalam melakukan percobaan kompleksometri.
Namun, karena adanya sejumlah tidak tertentu air, sebaiknya EDTA
distandarisasikan dahulu misalnya dengan menggunakan larutan kadmium (Harjadi,
1993)
BAB
III
METODOLOGI
PERCOBAAN
3.2.Alat
dan Bahan
3.1.1 Alat
1. Gelas piala
2. Erlenmeyer
3. Kertas saring
4. Corong
5. Pipet ukur
3.1.2. Bahan
No
|
Nama
Bahan
|
Rumus
Struktur
|
1
|
Na-EDTA
|
|
2
|
NaOH
|
|
3
|
H2O
|
|
4
|
CaCl2
|
|
5.
|
CaCO3
|
3.2.
Langkah Kerja
1. Pembuatan larutan CaCl2
2. Pembuatan larutan Na-EDTA 50 ml.
3. Percobaan
I (standarisasi Na-EDTA dengan CaCl2)
4. Percobaan
II (Kesadahan Air Rawa)
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Percobaan
1. Standarisasi
Na- EDTA dengan CaCl2
No
|
Sampel
|
Pemakaian EDTA
|
Rata-rata
|
Normalitas
|
1
|
10 ml CaCl2 + ind. EBT
|
-
|
-
|
-
|
2
|
10 ml CaCl2 + ind. EBT
|
-
|
-
|
-
|
2. Penentuan
Kesadahan Air Rawa
No
|
Sampel
|
Pemakaian EDTA
|
Rata-rata
|
Normalitas
|
1
|
10 ml air rawa + ind. EBT
|
1,3 mL
|
1,4 mL
|
14 N
|
2
|
10 ml Air Rawa+ ind. EBT
|
1,5 mL
|
4.2. Perhitungan
4.2.1. Mencari
Normalitas (N) Sebenarnya CaCl2
Dik : gr = 1, 4732 gram
V = 50 ml = 0,05 L
BE = 55,5
Dit : N?
Jawab :
gr = N x BE x V
0,735 = N x 55,5 x 0,05
N = 1,4732 /2,775
N = 0,5 N
4.2.2.
Penentuan
Konsentrasi Na – EDTA dari penimbangan
Dik : gr = 1,863 gram
V
= 50 ml = 0,05 L
BE
= 372,24
Dit : N?
Jawab :
gr
= N
x BE x V
1,863 = N x 372,24 x 0,05
N = 1,863 /18,612
N = 0,1
N
4.2.3.
Kesadahan
Total Air Rawa
Dik : N Na- EDTA (N1) =
0,1 N
V Na- EDTA (V1) = 10 ml = 1,4 L
V Air Rawa (V2)
= 10
ml = 0,01
L
Dit : N Air Rawa (N2)
?
Jawab :
V1. N1 = V2.N2
1,4.
0,1 = 0,01
. N2
0,14
= 0,01 . N2
N2 = 14 N
4.3. Pembahasan
Percobaan titrasi kompleksometri ini bertujuan untuk menentukan kesadahan (kadar Ca dan Mg) yang terkandung
dalam air rawa dengan prinsip berdasarkan pembentukan senyawa kompleks antara
kation dengan zat pembentuk kompleks dengan terlebih dahulu menstandarisasi larutan
Na- EDTA. Namun pada saat standarisasi, tidak didapatkan titik
ekuivalen karena tidak adanya perubahan warna dari merah menjadi biru seperti
pada gambar.
Standarisasi Na- EDTA
Seharusnya dalam pengamatan
ini bereaksi dikarenakan titrasi menggunakan
titran EDTA yang
sangat mudah bereaksi dengan banyak ion logam. Selain itu EDTA mudah membentuk
kelat yang dapat larut dalam air sehingga reaksi dapat berjalan sempurna. Hal tersebut dapat diakibatkan karena CaCl2 yang digunakan sudah terlalu lama sehingga tidak dapat
berfungsi dengan baik dan juga karena ketidaktelitian praktikan dalam melakukan
percobaan karena ketika dicoba menggunakan Na-EDTA yang berasal dari kelompok
lain yang telah berhasil namun hasil yang didapat tetap tidak bereaksi.
Sehingga larutan Na-EDTA tidak dapat disebutkan sebagai larutan standar
sekunder dan dijadikan larutan primer untuk menentukan kesadahan total air rawa
dengan cara pengukuran berdasarkan penimbangan.
Pada percobaan kedua
yaitu penentuan kesadahan air rawa dengan larutan standar primer Na- EDTA yang
ditambahkan larutan buffer dan indikator EBT. Na-
EDTA dialirkan melalui buret dan
dibiarkan bereaksi dengan air rawa yang telah ditambahkan dengan indikator EBT, penambahan ini bertujuan untuk mengetahui titik
ekuivalen yang sulit diketahui tanpa adanya indikator. Indikator
EBT digunakan dalam percobaan ini karena indikator ini dapat menitrasi secara
langsung ion kalsium (Ca2+), peka terhadap kadar logam dan pH larutan sehingga titik akhir
titrasinya pun diketahui. Sebelum
melakukan titrasi, juga dilakukan
penambahan buffer NH4OH- NH4Cl ke dalam larutan
sampel karena warna dari zat kompleks logam-indikator sangat dipengaruhi oleh
pH larutan, oleh karena itu penting untuk menggunakan larutan Buffer untuk
dapat menjaga pH yang dikehendaki selama titrasi. Ketika dititrasi sedikit demi sedikit dengan Na- EDTA terbentuk perubahan warna dari merah anggur
menjadi biru dengan penggunaan larutan Na- EDTA sebanyak 1,4 mL.
Penentuan kesadahan
air rawa
Dapat dilihat bahwa tingginya
konsentrasi air rawa mengakibatkan volume Na- EDTA yang ditambahkan hanya
sedikit.
BAB
V
KESIMPULAN
Dari percobaaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan
bahwa :
1.
Konsentrasi
Na- EDTA tidak didapatkan dari standarisasi dengan CaCl2 karena tidak
ditemukannya titik ekuivalen.
2.
Konsentrasi
kesadahan air rawa yang didapat dari perhitungan titrasi yaitu sebesar 14 N.
DAFTAR PUSTAKA
Basset, J. dkk. 1994. Buku Ajar Vogel:Kimia Analisis Kuantitatif
Anorganik. Terjemahan A. Hadyana
Pudjaatmaka dan L. Setiono. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Harjadi, W. 1993. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta: PT Gramedia.
Khopkar. 2002. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI
Press.
JAWABAN PERTANYAAN
1.
Tuliskan dengan lengkap reaksi yang terjadi pada percobaan titrasi
kompleksometri
Jawab : Reaksi yang
terjadi
A.
MgSo4 + 2NaOHÃ
Mg(OH)2 + NaSO4
B.
ZnO + HCL Ã ZnCl + OH
2.
Faktor faktor apa saja yang mempengaruhi
kesetabilan senyawa kompleks
Jawab :
Faktor-faktor
yang mempengaruhi kesetabilan senyawa kompleks adalah ligan dan atom pusat.
3.
Jelaskan kelebihan titrasi
kompleksometri dibandingkan titrasi lain
Jawab :
Kelebihan
titrasi kompleksometri dibandingkan dari titrasi yang lain adalah ion ion logam
yang dihasilkan kompleks
4.
Salah satu kegunaan laarutan standar
EDTA adalah untuk menentukan kesadahan total sampel air’ apa yang dimaksud
dengan kesadahan total air dan bagamana cara membentuknya
Jawab :
Kesadahan
total adalaj kandungan mineral-mineral tertentu terutama dalam air yaitu Ca dan
Mg dalam bentuk asam karboksilat. Cara menentukannya adalah dengan air sabun
pada lunak, sabun akan menghasilkan buih yang banyak sedangkan pada air sadah sabun tidak menghasilkan air busa atau
menghasilkan basa yang sedikit saja.
5.
Jelaskan macam kesadahan yang kamu
ketahui
Jawab :
1.
Kesadahan
2. Kesadahan air sementara yaitu kesadahan
air yang disebabkan adanya garam secara bikabonat
Posting Komentar
Mohon untuk menggunakan kata yang tidak menyinggung unsur SARA. Dan juga tidak menggunakan unsur Phornography. Terima kasih telah mengikuti aturan dalam website ini.
Terima Kasih
Dwi Sulistiyo