LAPORAN PRAKTIKUM: ANALISIS PROKSIMAT
Nama :
DWI SULISTIYO
NPM :
E1C016061
Kelompok :
4 (Empat)
Nama Dosen :
- Prof. Dr. Ir. Yosi Fenita, MP
- Dr. Irma Badarina. Spt. MP
- Prof. Dr. Ir. Urip Santoso. M. Sc
CO .ASS :
- Era. M. Simanungkalit
- Helmi Nizajuha
- Mei Suryani Sianturi
- Puput Wardika
- Sawaluddin Fanhar
- Wulan Kumala Putri
LABORATORIUM NUTRISI TERNAK
JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2017
ABSTRAK
Dedak padi merupakan limbah pengolahan padi menjadi beras dan kualitasnya bermacam-macam tergantung dari varietas padi. Praktikum ini dilakukan untuk menentukan kadar nutrisi terhadap pakan ternak, pada hal ini Dedak dengan analisis proksimat yaitu analisis kadar air, kadar abu, kadar ekstrak eter (lemak kasar), kadar protein kasar, kadar serat kasar, dan kadar bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN). Tujuan dari praktikum ini untuk mengetahui nilai dari analisis proksimat dan dapat diterapkan kepada pakan ternak. Praktikum dilaksanakan pada tanggal 23 Oktober sampai 26 Oktober 2017. Praktikum dilaksanakan di Laboratorium Nutrisi Ternak Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu. Variabel yang digunakan adalah Dedak Padi dengan 2 sampel atau 2 kali pengulangan. Hasil analisa yang didapat yaitu kadar air 11,59% dan 11,88%, kadar abu 13,60% dan 14,36%, kadar lemak kasar 2,05% dan 0,58%, kadar protein kasar 6,97%, kadar serat kasar 18,30%, dan BETN 47,48% dan 47,90%. Dari praktikum ini membuktikan bahwa tidak semua nilai analisis proksimat sama tetapi aja jenjang nilainya, dan itu dipengaruhi oleh vareitas padi yang digunakan.
Kata kunci : Dedak, Analisis Proksimat, Kadar air, Kadar Abu, Kadar lemak kasar,
Kadar serat kasar, Kadar ekstrak tanpa nitrogen
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahan pakan meupakan kebutuhan pokok untuk semua makhluk hidup baik hewan, ataupun bagi manusia. Didalam bahan pakan terdiri dari unsur-unsur pokok yaitu air, mineral, karbohidrat, lemak, protein. Pada bahan pakan ternak berisi zat-zat nutrisi dengan kandungan yang masing-masing berbeda oleh karena itu diperlukan analisis untuk mengetahui kualitas dan kuantitas dari zat gizi yang dibutuhkan oleh ternak.
Analisis proksimat merupakan suatu sistem analisis kuantitatif yang hasilnya mendekati nilai yang sebenarnya dan dapat dijabarkan secara rasional. Dalam analisis proksimat ini yang diuji antara lain analisa kadar air, kadar abu, kadar lemak kasar, kadar protein kasar, kadar serat kasar dan kadar bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN). Analisis proksimat merupakan analisis dasar untuk melakukan analisis yang lebih lanjut.
Analisis proksimat memiliki manfaat dalam menilai dan menguji kualitas suatu bahan pakan dengan membandingkan nilai yang didapat pada analisis dengan nilai standar suatu zat pakan.
Oleh sebab itu, maka perlu dilakukannya praktikum analisis proksimat ini agar kita dapat menilai bahan pakan mana yang memiliki nilai gizi yang baik untuk ternak.
1.2 Tujuan Praktikum
a. Untuk mengetahui kadar air yang ada dalam bahan yang digunakan (Dedak).
b. Untuk mengetahui kadar abu yang ada dalam bahan yang digunakan (Dedak).
c. Untuk mengetahui kadar lemak kasar yang ada dalam bahan yang digunakan (Dedak).
d. Untuk mengetahui kadar protein kasar yang ada dalam bahan yang digunakan (Dedak).
e. Untuk mengetahui kadar serat kasar yang ada dalam bahan yang digunakan (Dedak).
f. Untuk mengetahui kadar BETN yang ada dalam bahan yang digunakan (Dedak).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Analsisi proksimat adalah analisis atau pengujian kimia yang dilakukan untuk bahan baku yang akan diproses lebih lanjut dalam industri menjadi barang jadi. Analisis proksimat memiliki manfaat sebahai penilaian kualitas pakan atau bahan pangan terutama pada standar zat makanan yang seharusnya terkandung didalamnya. Selain itu, analisis proksimat dapat digunakan untuk mengevaluasi dan menyusun formula ransum dengan baik. Mengevaluasi ransum yang telah ada seperti mencari kekurangan pada ransum tersebut kemudian kita bisa menyusun formula ransum baru dengan menambahkan zat makanan yang diperlukan. Selain itu analisa proksimat dibagi menjadi enam fraksi nutrien yaitu kadar air, abu, protein kasar, lemak kasar, serat kasar dan bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) (Soejono, 1990).
Analisis proksimat mulai dikembangkan oleh Wilhelm Henneberg dan asistennya Stohman pada tahun 1960 di laboratorium Wende di Jerman. Oleh karena itu analisis model ini dikenal juga dengan analisis Wende. Pada prinsipnya bahan pakan terdiri atas dua bagian yaitu air dan bahan kering yang dapat diketahui melalui pemanasan pada suhu 105ºC. Selanjutnya bahan kering ini dapat dipisahkan antara kadar abu dan kadar bahan organik melalui pembakaran dengan suhu 500ºC (Sutardi, 2012).
Sesuatu yang dapat dijadikan bahan pakan meliputi bahan kering dan Air, bahan kering meliputi senyawa organik yang meliputi karbohidrat, protein, lipid dan non organik yang meliputi vitamin dan mineral. dalam sebuah pakan haruslah memenuhi kereteria Bahan baku, Bahan kering dan terrutama Kadar Air. Kadar air dalam suatu bahan makanan sangat mempengaruhi kualitas dan daya simpan dari bahan pangan tersebut. Apabila kadar air bahan pangan tersebut tidak memenuhi syarat maka bahan pangan tersebut akan mengalami perubahan fisik dan kimiawi yang ditandai dengan tumbuhnya mikroorganisme pada makanan sehingga bahan pangan tersebut tidak layak untuk dikonsumsi (Winarno, 2004).
Kadar air dalam bahan pangan sangat mempengaruhi kualitas dan daya simpan dari bahan pangan tersebut. Oleh karena itu, penentuan kadar air dari suatu bahan pangan sangat penting agar dalam proses pengolahan maupun pendistribusian mendapat penanganan yang tepat (Hafez, E.S.E., 2000).
Zat organik yang tertinggal di dalam pemanasan dengan tanur disebut abu (Halim, 2006).
Yang dimaksud abu adalah sisa pembakaran sempurna dari suatu bahan. Suatu bahan apabila dibakar sempurna pada suhu 500-600ºC selama beberapa waktu maka semua senyawa organiknya akan terbakar menjadi CO2, H2O dan gas lain yang menguap, sedang sisanya yang tidak menguap inilah yang disebut abu atau campuran dari berbagai oksida mineral sesuai dengan macam mineral yang terkandung di dalam bahannya. Mineral yang terdapat pada abu dapat juga berasal dari senyawa organik misalnya fosfor yang berasal dari protein dan sebagainya. Disamping itu ada pula mineral yang dapat menguap sewaktu pembakaran, misalnya Na (Natrium), Cl (Klor), F (Fosfor), dan S (Belerang), oleh karena itu abu tidak dapat untuk menunjukkan adanya zat anorganik didalam pakan secara tepat baik secara kualitatif maupun kwantitatif (Kamal, 1998).
Lemak kasar yang dihasilkan dari penentuan lemak kasar adalah ekstraksi dari klorofil, xanthofil, dan karoten. Bahan yang mengandung banyak lemak kasar adalah tepung kedele. Ini dikarenakan tepung kedele merupakan sumber lemak nabati (Khairul, 2009).
Lemak kasar terdiri dari lemak dan pigmen. Zat-zat nutrien yang bersifat larut dalam lemak seperti vitamin A, D, E dan K diduga terhitung sebagai lemak kasar. Pigmen yang sering terekstrak pada analisa lemak kasar seperti klorofil atau xanthopil. Analisa lemak kasar pada umumnya menggunakan senyawa eter sebagai bahan pelarutnya, maka dari itu analisa lemak kasar juga sering disebut sebagai ether extract (Cherney, 2000).
Sifat-sifat lemak yaitu tidak larut dalam air dan lemak adalah campuran trigliserida dalam bentuk padat dan terdiri dari suatu fase padat dan dase cair (Buckle, 2005).
Protein adalah zat organik yang mengandung karbon hidrogen, nitrogen, oksigen, sulfur, dan fosfor. Zat tersebut merupakan zat makanan utama yang mengandung nitrogen. Protein dalam bahan makanan, termasuk dalam zat-zat mengandung nitrogen. Untuk mengetahui kadar protein dari bahan makanan tersebut perlu ditentukan kadar nitrogennya secara kimiawi. Kemudian angka tersebut dikalikan dengan faktor 6,25. Faktor tersebut digunakan karena zat nitrogen mewakili kurang lebih 16% dari protein. Dedak padi mengandung protein kasar 9,5-13,5%, kaya akan thiamin dan niasin (Anggorodi, 1994).
Protein merupakan salah satu zat makanan yang berperan dalam penentuan produktivitas ternak. Jumlah protein dalam pakan di tentukan dengan kandungan nitrogen bahan pakan kemudian dikali dengan faktor proten 6,25. Angka 6,25 diperoleh dengan asumsi bahwa protein mengandung 16% nitrogen. Kelemahan proksimat untuk protein kasar itu sendiri terletak pada asumsi dasar yang digunakan. Pertama, dianggap bahwa semua nitrogen bahan pakan merupakan protein, kenyataannya tidak semua nitrogen berasal dari protein tidak selalu 16% (Chandra, 2001).
Serat kasar merupakan bagian dari karbohidrat dan didefinisikan sebagai fraksi yang tersisa setelah didigesti dengan larutan asam sulfat standar dan sodium hidroksida (Suparjo, 2010).
Bahan ekstrak tanpa nitrogen merupakan bagian karbohidrat yang mudah dicerna atau golongan karbohidrat non-struktural. Karbohidrat non-struktural dapat ditemukan di dalam sel tanaman dan mempunyai kecernaan yang lebih tinggi dibandingkan dengan karbohidrat struktural. Gula, pati, asam organik dan bentuk lain dari karbohidrat seperti fruktan termasuk ke dalam kelompok karbohidrat non-struktural dan menjadi sumber energi utama bagi sapi perah yang berproduksi tinggi. Kemampuan karbohidrat non-struktural untuk difermentasi dalam rumen nilainya bervariasi tergantung dari tipe pakan, cara budidaya dan pengolahan (Tillman,A. D. 1998).
Dedak merupakan hasil samping dari pemisahan beras dengan sekam (kulit gabah) pada gabah yang telah dikeringkan melalui proses pemisahan dengan di giling atau ditumbuk yang dapat digunakan sebagai pakan ternak. Proses pemisahan menjadi dedak ini akan mendapatkan 10% dedak padi, 50% beras dan sisanya hasil ikutan seperti pecahan butir beras, sekam dan sebagainya, akan tetapi persentase ini tergantung pada umur dan varietas padi yang ditanam (Amrullah, 2002).
Besarnya kadar air dedak padi adalah 8-14%, bahan kering adalah 86-92%, ekstrak eter 10%-20%, protein kasar 8%-14%, serat kasar 6%-30%, kadar abu 5%-16%, BETN 37%-68% (Zuprizal, 2000).
Bahan kering dedak adalah 88,63-90,13%, kadar air 9,87-11,37%, kadar abu 9,65-12,10%, serat kasar 12,95-17,60%, lemak kasar 5,50-7,60%, protein kasar 9,02-11,07%, BETN 45,90-48,67%, Kkal/Kg 1720,12-2185,92 (Tris A, 2007).
Dedak yang berkualitas baik mempunyai protein rata-rata dalam bahan kering adalah 12,2%, lemak 13,6%, dan serat kasar 11,6%. Dedak padi menyediakan yang lebih berkualitas dibandingkan dengan jagung. Dedak padi kaya akan thiamin dan sangat tinggi akan niasin. Dedak padi sangat rentan untuk mengalami pengoplosan dengan bahan lain seperti sekam, serbuk gergaji dan kapur (Murtidjo, 1987).
Dedak mengandung serat kasar 6-12% memiliki kandungan lemak 14,1%, protein kasar 13,8% (Hartadi, dkk, 1997).
Dedak padi merupakan limbah dalam proses pengolahan gabah menjadi beras yang mengandung bagian luar beras yang tidak terbawa tetapi tercampur dengan bagian penutup beras, hal ini mempengaruhi tinggi atau rendahnya kandungan serat kasar dedak. Kandungan serat kasar dedak padi sebesar 13%, dan protein kasar sebesar 13,5% (Rasyaf, 1992).
Kandungan protein kasar dedak padi sebesar 8,96% (Erizal, 2011). Menurut Akbarillah, Tris, dkk, 2007 kandungan protein kasar dalam dedak padi sekitar 9,76% dan menurut Standar Nasional Indonesia kandungan maksimal protein kasar pada dedak sesuai dengan kualitas I dan II secara berturut-turut adalah 18% dan 16%.
Keragaman sifat fisik gabah disebabkan terutama oleh faktor genetik yang dibawa oleh masing-masing varietas (Ishaq, 2001).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Waktu praktikum dilaksanakan pada tanggal 23 – 26 Oktober 2017 dimulai dari pukul 08:00 sampai dengan pukul 16:00.
Tempat praktikum dilaksanakan di Laboratorium Nutrisi Ternak
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Penetapan Kadar Air
Alat dan Bahan
· Cawan
· Oven
· Timbangan Analitik Listrik
· Desikator
· Tang Penjepit
· Spatula
3.2.2 Penetapan Kadar Abu
Alat dan Bahan
· Silica Disk
· Tanur
· Timbangan Analitik Listrik
· Desikator
· Tang Penjepit
· Spat
3.2.3 Penetapan Kadar Ekstrak Eter (Lemak Kasar)
Alat dan Bahan
· Soklet Sistem HT 2 Ekxtraction Unit Tecator dan Selongsongnya
· Labu Penampung
· Alat Pendingin
· Penangas/Waterbath
· Timbangan Analitik
· Spatula
· Gelas Arloji
· Kertas Saring Bebas Lemak
· Oven
Regentia
N- Heksan / Petroleun Benzene pa atau dapat juga menggunakan pelarut lemak yang lain seperti alkohol, petroleum ether, ethyl ether dan lain sebagainya.
3.2.4 Penetapan Protein Kasar
Alat dan Bahan
· Labu Kejdahl 650 ml
· Labu Erlenmeyer 300 ml
· Buret
· Pipet Volume 25 ml / 50 ml
· Labu Erlenmeyer 650 ml
· Gelas Ukur 100 ml
· Corong
· Alat Destruksi dan Destilasi
Regentia
· H2SO4
· Kjel Tab
· 50%
· HCL 0,1 N
· H3BO4 0,1 N
· Indikator Mix
3.2.5 Penetapan Serat Kasar
Alat dan Bahan
· Beaker Gelas 600 ml
· Saringan dari Linnen
· Serat Gelas (Glass Wool)
· Alat Penyaring Bunchner atau Gooch Crucible
· Desikator
· Tanur
· Pompa Vacum
· Tang Penjepit
· Timbangan Analitik Listrik
· Gelas Ukur 100 ml
· Corong Gelas Diameter 10 cm
Regentia
· H2SO4 1,25%
· NaOH 1,25%
· Aquadest
· Aceton
· Etyle Alkohol 95%
3.3 Langkah Kerja
3.3.1 Penetapan Kadar Air
Cara Kerja
1. Mengeringkan cawan yang sudah dibersihkan didalam oven pengering pada suhu 105ºC selama 1 jam.
2. Mendinginkan didalam desikator selama 1 jam.
3. Menimbang dalam keadaan tertutup (X gram).
4. Menimbang contoh bahan (sampel) sebanyak 2 gram dalam cawan (Y gram) dan mengeringkan didalam oven pengering pada suhu 105ºC selama 8 jam.
5. Mendinginkan ke dalam desikator selama 1 jam. Setelah dingin, menimbang (Z gram).
6. Memasukkan sampel ke dalam oven pada suhu 105º selama 1 jam dan kemudian mendinginkan kembali dalam desikator selama 1 jam. Kemudian menimbang kembali sampel (Z gram) mengulangi cara kerja 6 sampai 2 kali.
3.3.2 Penetapan Kadar Abu
Cara Kerja
1. Mengeringkan silica disk didalam oven pada suhu 105ºC selama 1 jam.
2. Mendinginkan didalam desikator selama 1 jam. Menimbang dalam keadaan tertutup (X gram).
3. Menimbang kedalam silica disk contoh bahan (sampel) sebanyak 1,5-2 gram (Y gram) dan memasukkan ke dalam tanur. Menyalakan tanur sampai 550ºC (seperti yang sudah diprogramkan) selama 1 jam.
4. Mendinginkan tanur, sehingga suhunya turun menjadi 105ºC, lalu memasukkan dalam desikator selama 1 jam.
5. Menimbang (Z gram).
3.3.3 Penetapan Kadar Ekstrak Eter (Lemak Kasar)
Cara Kerja
1. Menimbang kertas saring bebas lemak (a gram). Kemudian menambahkan sampel yang akan dianalisa kira-kira 1,5-2 gram (b gram) dan kemudian membungkus dengan baik sehingga tidak ada ceceran sampel (seperti membungkus obat puyer).
2. Memasukkan ke dalam oven bungkusan sampel tersebut dengan temperatur 105ºC selama 6 jam.
3. Menimbang (dalam keadaan panas) dengan cepat (c gram), kemudian memasukkan dalam soklet.
4. Memasang dan meletakkan penangas air labu penampung, alat ekstrasi dan alat pendingin. Memasukkan perroleum benzen seluruhnya turun dan masuk ke dalam labu penampung. Mengisi lagi sampai setengah bagian dari alat ekstraksi.
5. Mengalirkan air pada labu pendingin, kemudian mengikuti dengan pemanas labu penampung (penangas atau waterbath).
6. Mengekstrasi selama 16 jam sampai putreloum benzen yang ada di dalam alat ekstrasi mejadi jernih / tidak berwarna.
7. Menghentikan proses ekstraksi, kemudian mengeluarkan sampel dan meletakkan di tas gelas arloji, kemudian menganginkan sampai kering.
8. Mengoven bungkusan sampel tersebut dengan temperatur 105ºC selama 6 jam.
9. Menimbang (dalam keadaan panas) dengan cepat (d gram).
3.3.4 Penetapan Protein Kasar
Cara Kerja
A. Destruksi
1. Menimbang contoh bahan (1 gram untuk konsentrat, 2 gram untuk hijauan) memasukkan ke dalam labu kejdahl sebelumnya telah di bersihkan dan dikeringkan.
2. Menambahkan 2 gram K2SO4, 1 gram CuSO4, 3 buah batu didih (kjel tab) dan 25 ml H2SO4 pekat.
3. Mendestruksi dalam alat destruksi dengan mengurutkan sebagai berikut :
a) Menghidupkan kipas angin
b) Menghidupkan pemanas, mulai dengan api kecil sedikit demi sedikit membesarkan (pada skala 4).
c) Mengurutkan larutan berwarna hitam (rata), lalu memutar sampai larutan menjadi jernih.
d) Menghentikan destruksi setelah warna jernih diperoleh selama 30 menit. Mematikan pemanas, setelah asap habis baru mematikan kipas angin.
B. Destilasi
1. Mengencerkan dengan air sampai volumenya ± 300 ml, menggojok agar larutan homogen.
2. Menyiapkan erlenmeyer 650 ml yang telah berisi 50 ml H3BO4 0,1 N menambahkan 100 ml air dan 3 tetes indikator mix.
3. Menampung dan memasang labu kejdahl dalam alat destilasi.
4. Mendinginkan aliran (panas pendingin maksimum 80ºF).
5. Menambahkan ke dalam labu kejdahl Zn logam dan 75 ml NaOH 32%. Penambahan NaOH harus melalui dinding labu.
6. Menyalakan pemanas mulai dengan api kecil, maksimum pada skala 4.
7. Destilasi berakhir setelah volume penampung 300 ml.
8. Menggeser penampung, mencuci ujung alat penyuling sedemikian rupa sehingga air pencuci masuk ke dalam labu penampung.
9. Mengganti penampung dengan erlenmeyer 250 ml yang berisi 250 ml air, memasang seperti semula.
10. Mematikan berturut-turut pemanas dan pendingin.
11. Mentitrasi hasil destilasi dengan HCl 0,1 N, sampai timbul perubahan warna.
12. Membuat blanko dan mengerjakan seperti cara diatas.
3.3.5 Penetapan Serat Kasar
Cara Kerja
1. Memasukkan sampel dari penetapan kadar lemak ke dalam beaker glass 600 ml menambahkan 200 ml H2SO4 1,2% dan memasang pada pemanas dan mengalirkan pendingin, kemudian mendidihkan selama 30 menit.
2. Menyaring dengan menggunakan saringan linnen. Memasukkan hasil saringan ke dalam beaker glass dengan mencuci saringan linnen.
3. Mencuci beaker glass, hasil saringan beserta serat kasar (kalau digunakan) memasukkan ke dalam beaker glass dan menambahkan NaOH 1,25% sebanyak 210 ml dan mendidihkan selama 30 menit.
4. Menyaring dengan menggunakan gooch crucible yang sudah dilapisi glass wool. Mencuci dengan beberapa ml air panas dan melanjutkan dengan 15 ml etyl alkohol 95%.
5. Menanginkan hasil saringan termasuk serat gelas dalam gooch crucible kemudian memasukkan ke dalam alat pengering dengan suhu 105ºC selama 1 jam kemudian mendinginkan di dalam desikator selama 1 jam setelah dingin menimbang (Y gram).
6. Mengabukan di dalam tanur dengan suhu 550ºC selama 1 jam atau sampel berwarna puih (bekas karbon).
7. Mengeluarkan dan membiarkan beberapa menit sampai suhunya turun menjadi 105ºC, kemudian mendinginkan ke dalam desikator selama 1 jam, setelah dingin kemudian menimbang (Z gram).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
1. Hasil pengamatan kelompok 1
a. Penetapan kadar air
Nama sample ( kode) | Tepung ikan A1 | Tepung ikan B1 |
Pengamatan/ pengulangan ke | I | II |
Berat cawan timbangan kosong kering (Xg) | 29,4882 gram | 29,3918 gram |
Berat cawan timbangan + sample (Yg) | 31,4965 gram | 31,3952 gram |
Berat cawan timbangan + sample kering (Zg) | 1. 31,2354 gram 2. 31,2301 gram 3. 31,2236 gram | 1. 31,1293 gram 2. 31,1243 gram 3. 31,1204 gram |
Kadar air % | 1. 1,3 % 2. 11,75 % 3. 13,60 % | 1. 13,30 % 2. 13,50 % 3. 13,71 % |
b. Penetapan kadar abu
Nama sampel | Tepung ikan 1A | Tepung ikan 1B |
Pengamatan/pengulangan ke | I | II |
Berat cawan kosong kering (Xg) | 19,6579 gram | 21,7829 gram |
Berat cawan + sampel (Yg) | 21,,9596 gram | 23,7868 gram |
Berat cawan + sampel abu (Zg) | 17,3618gram | 22,3510 gram |
Kadar abu (%) | 11,9 % | 28,34 % |
c. Penetapan kadar lemak kasar
Nama sampel | Tepung ikan 1A | Tepung ikan 1B |
Pengamatan/pengulangan ke | I | II |
Berat kertas saring (a gram) | 0,4717 gram | 0,4357 gram |
Berat kertas saring + sample oven ( b gram) | 2,4777 gram | 2,4437 gram |
Berat kertas saring + sampel oven (c gram) | 2,2438 gram | 2,1192 gram |
Berat kertas saring + sample oven extrasi ( d gram ) | 2,144491 gram | 2,1192 gram |
Kadar lemak (EE) % | 4,95 % | 5,39 % |
d. Penetapan kadar protein kasar
Nama sampel | KLK |
Pengamatan/pengulangan ke | I |
Volume (ml) titrasi untuk sampel (X) | 20,1 ml |
Volume (ml) titrasi untuk blanko (Y) | 0,1 ml |
Berat sampel (Zg) | 2,069 gram |
Kadar protein kasar (pk) % | 42,29 % |
e. Penetapan kadar serat kasar
Nama sampel | Tepung ikan |
Pengamatan/pengulangan ke | I |
Berat sampel (Xg) | 2,0015 gram |
Berat penyaring + residu kering (Yg) | 24,3226 gram |
Berat penyaring + abu (Zg) | 24,0739 gram |
Kadar serat (SK)% | 12,42 % |
f. Penetapan kadar bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN)
Nama sampel | KLK | KLK |
Pengamatan/ulangan ke | I | II |
Kadar air % | 11,75 % | 13,50 % |
Kadar abu % | 11,9 % | 28,34 % |
Kadar extrak ester % | 4,95 % | 3,39 % |
Kadar serat kasar % | 12,42 % | 12,42 % |
Kadar protein kasar % | 42,49 % | 42,49 % |
Kadar ahan ekstrak tanpa nitrogen % | 147,69 % | 147,94 % |
2. Hasil pengamatan kelompok 2
a. Penetapan kadar air
Nama sample ( kode) | KLK 2A | KLK 2B |
Pengamatan/ pengulangan ke | I | II |
Berat cawan timbangan kosong kering (Xg) | 29,636 gram | 30,033 gram |
Berat cawan timbangan + sample (Yg) | 31,641 gram | 32,035 gram |
Berat cawan timbangan + sample kering (Zg) | 4. 31,3701 gram 5. 31,3625 gram 6. 31,3698 gram | 4. 31,7634 gram 5. 31,7591 gram 6. 31,7632 gram |
4. 13,5 % 5. 13,7 % 6. 13,5 % | 4. 13,6 % 5. 13,8 % 6. 13,6 % |
b. Penetapan kadar abu
Nama sampel | KLK 2A | KLK 2B |
Pengamatan/pengulangan ke | I | II |
Berat cawan kosong kering (Xg) | 17,8176 gram | 17,2370 gram |
Berat cawan + sampel (Yg) | 19,8176 gram | 19,2371 gram |
Berat cawan + sampel abu (Zg) | 17,9420 gram | 19,6742 gram |
Kadar abu (%) | 6,22 % | 1,281 % |
c. Penetapan kadar lemak kasar
Nama sampel | KLK 2A | KLK 2B |
Pengamatan/pengulangan ke | I | II |
Berat kertas saring (a gram) | 0,857 gram | 0,786 gram |
Berat kertas saring + sample oven ( b gram) | 2,858 gram | 2,787 gram |
Berat kertas saring + sampel oven (c gram) | 2,5668 gram | 2,5043 gram |
Berat kertas saring + sample oven extrasi ( d gram ) | 2,4929 gram | 2,4171 gram |
Kadar lemak (EE) % | 3,69 % | 4,35 % |
d. Penetapan kadar protein kasar
Nama sampel | KLK |
Pengamatan/pengulangan ke | I |
Volume (ml) titrasi untuk sampel (X) | 8,5 ml |
Volume (ml) titrasi untuk blanko (Y) | 0,1 ml |
Berat sampel (Zg) | 2,005 gram |
Kadar protein kasar (pk) % | 18,11 % |
e. Penetapan kadar serat kasar
Nama sampel | KLK |
Pengamatan/pengulangan ke | I |
Berat sampel (Xg) | 2,0004 gram |
Berat penyaring + residu kering (Yg) | 23,3285 gram |
Berat penyaring + abu (Zg) | 23,2721 gram |
Kadar serat (SK)% | 2,81 % |
f. Penetapan kadar bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN)
Nama sampel | KLK | KLK |
Pengamatan/ulangan ke | I | II |
Kadar air % | 13,7 % | 13,8 % |
Kadar abu % | 6,22 % | 1,218 % |
Kadar extrak ester % | 3,69 % | 4,36 % |
Kadar serat kasar % | 2,81 % | 2,81 % |
Kadar protein kasar % | 18,11 % | 18,11 % |
Kadar ahan ekstrak tanpa nitrogen % | 55,47 % | 59,702 % |
3. Hasil pengamatan kelompok 3
a. Penetapan kadar air
Nama Sampel (kode) | Konsentrat layer | |
Pengamatan / ulangan ke | 3A 1 | 3A 2 |
Berat cawan timbang kosong kering (Xg) | 29,8618 | 30445 |
Berat cawan timbang + sampel (Yg) | 2,0052 | 2,0057 |
Berat cawan timbang + sampel kering (Zg) | 31,7237 31,7180 31,7209 | 32,2994 322972 322969 |
Kadar Air (%) | 7,52% | 7,47% |
b. Penetapan kadar abu
Nama Sampel (kode) | Konsentrat layer | |
Pengamatan / ulangan ke | 3A 1 | 3A 2 |
Berat cawan kosong kering (Xg) | 19,4544 (gr) | 20,6769 (gr) |
Berat cawan + sampel (Yg) | 21,4566 (gr) | 22,6855 (gr) |
Berat cawan + sampel abu (Zg) | 20,382 (gr) | 21,4915 (gr) |
Kadar Abu (%) | 44,46 % | 40,56% |
c. Penetapan kadar lemak kasar
Nama Sampel (kode) | Konsentrat layer | |
Pengamatan / ulangan ke | 3A 1 | 3A 2 |
Berat kertas saring (a gram) | 0,6788 | 0,7295 |
Berat kertas saring + sampel oven (b gram) | 2,6823 | 2,7307 |
Berat kertas saring + sampel oven (c gram) | 2,4970 | 2,5180 |
Berat kertas saring + sampel oven ekstraksi (d gram) | 2,4309 | 2,4649 |
Kadar lemak (EE) % | 3,29% | 2,65% |
d. Penetapan kadar protein kasar
Nama sampel (kode) | Konsentrat Layer |
Volume (ml) titrasi untuk sampal (X) | 15,5 |
Volume (ml) titrasi untuk blanko (Y) | 0,1 |
Berat sampel (Z g) | 2,0024 |
PK | 33,65% |
e. Penetapan kadar serat kasar
Nama sampel (kode) | Konsentrat Layer |
Berat sampel (X) (gram) | 2,0081 |
Berat sampel + cawan (Y) (gram) | 27,1762 |
Berat sampel kering + cawan (Z) (gram) | 27,1337 |
SK % | 2,12 |
f. Penetapan kadar bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN)
Nama sampel (kode) | Konsentrat layer | |
Pengamatan ulang ke | 3A | 3B |
Kadar air | 7,52% | 7,47% |
Kadar abu | 44,46% | 40,56% |
Kadar ekstrak eter | 3,29% | 2,65% |
Kadar serat kasar | 2,12% | 2,12% |
Kadar protein kasar | 33,65% | 33,65% |
Kadar BETN | 8,78% | 13,55% |
4. Hasil pengamatan kelompok 4
a. Penetapan kadar air
Nama sample ( kode) | Dedak 4A | Dedak 4B |
Pengamatan/ pengulangan ke | I | II |
Berat cawan timbangan kosong kering (Xg) | 29,618 gram | 29,080 gram |
Berat cawan timbangan + sample (Yg) | 31,62 gram | 31,08 gram |
Berat cawan timbangan + sample kering (Zg) | 31,62 gram | 30,8423 |
Kadar air % | 11,5984 % | 11,885 % |
b. Penetapan kadar abu
Nama sampel | Dedak 4A | Dedak 4B |
Pengamatan/pengulangan ke | I | II |
Berat cawan kosong kering (Xg) | 19,028 gram | 21,048 gram |
Berat cawan + sampel (Yg) | 21,04 gram | 23,063 gram |
Berat cawan + sampel abu (Zg) | 19,3018 gram | 21,3374 gram |
Kadar abu (%) | 0,14 % | 0,1436 % |
c. Penetapan kadar lemak kasar
Nama sampel | Dedak 4A | Dedak 2B |
Pengamatan/pengulangan ke | I | II |
Berat kertas saring (a gram) | 0,693 gram | 0,793 gram |
Berat kertas saring + sample oven ( b gram) | 2,694 gram | 2,796 gram |
Berat kertas saring + sampel oven (c gram) | 2,353 gram | 2,4535 gram |
Berat kertas saring + sample oven extrasi ( d gram ) | 2,3119 gram | 2,4418 gram |
Kadar lemak (EE) % | 2,0539 % | 0,5841 % |
d. Penetapan kadar protein kasar
Nama sampel | dedak |
Pengamatan/pengulangan ke | I |
Volume (ml) titrasi untuk sampel (X) | 3,3 ml |
Volume (ml) titrasi untuk blanko (Y) | 0,1 ml |
Berat sampel (Zg) | 2,007 gram |
Kadar protein kasar (pk) % | 6,975 % |
e. Penetapan kadar serat kasar
Nama sampel | Dedak |
Pengamatan/pengulangan ke | I |
Berat sampel (Xg) | 2,0015 gram |
Berat penyaring + residu kering (Yg) | 25,2045 gram |
Berat penyaring + abu (Zg) | 24,8382 gram |
Kadar serat (SK)% | 18,30 % |
f. Penetapan kadar bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN)
Nama sampel | KLK | KLK |
Pengamatan/ulangan ke | I | II |
Kadar air % | 11,5984 % | 11,885 % |
Kadar abu % | 13,60 % | 0,1436 % |
Kadar extrak ester % | 6,975 % | 6,975 % |
Kadar serat kasar % | 18,30 % | 18,30 % |
Kadar protein kasar % | 2,0539 % | 0,5841 % |
Kadar ahan ekstrak tanpa nitrogen % | 47,4727 % | 0,5841 % |
5. Hasil pengamatan kelompok 5
a. Penetapan kadar air
Nama sample ( kode) | Bis 5A | Bis 5B |
Pengamatan/ pengulangan ke | I | II |
Berat cawan timbangan kosong kering (Xg) | 29,9401 gram | 28,8428 gram |
Berat cawan timbangan + sample (Yg) | 31,941 gram | 30,8468 gram |
Berat cawan timbangan + sample kering (Zg) | 1. 31,7536 gram 2. 31,7532 gram 3. 31,7478 gram | 1. 30,6572 gram 2. 30,6533 gram 3. 30,6507 gram |
Kadar air % | 1. 9,36% 2. 9,38% 3. 9,65% | 1. 9,46% 2. 9,65% 3. 9,78% |
b. Penetapan kadar abu
Nama sampel | Bis 5A | Bis 5B |
Pengamatan/pengulangan ke | I | II |
Berat cawan kosong kering (Xg) | 18,7627 gram | 20,8594 gram |
Berat cawan + sampel (Yg) | 20,7692 gram | 22,8656 gram |
Berat cawan + sampel abu (Zg) | 18,9189 gram | 20,9998 gram |
Kadar abu (%) | 7,78 % | 6,99 % |
c. Penetapan kadar lemak kasar
Nama sampel | Bis 5A | Bis 5B |
Pengamatan/pengulangan ke | I | II |
Berat kertas saring (a gram) | 0,6614 gram | 0,628 gram |
Berat kertas saring + sample oven ( b gram) | 2,6703 gram | 2,6296 gram |
Berat kertas saring + sampel oven (c gram) | 2,4335 gram | 2,3864 gram |
Berat kertas saring + sample oven extrasi ( d gram ) | 2,1872 gram | 2,1491 gram |
Kadar lemak (EE) % | 12,26 % | 11,85 % |
d. Penetapan kadar protein kasar
Nama sampel | dedak |
Pengamatan/pengulangan ke | I |
Volume (ml) titrasi untuk sampel (X) | 6,4 ml |
Volume (ml) titrasi untuk blanko (Y) | 0,1 ml |
Berat sampel (Zg) | 13,74 gram |
Kadar protein kasar (pk) % | 52,25 % |
e. Penetapan kadar serat kasar
Nama sampel | Dedak |
Pengamatan/pengulangan ke | I |
Berat sampel (Xg) | 2,0038 gram |
Berat penyaring + residu kering (Yg) | 24,6445 gram |
Berat penyaring + abu (Zg) | 24,5541 gram |
Kadar serat (SK)% | 4,51 % |
f. Penetapan kadar bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN)
Nama sampel | KLK | KLK |
Pengamatan/ulangan ke | I | II |
Kadar air % | 9,46 % | 9,78 % |
Kadar abu % | 7,78 % | 6,99 % |
Kadar extrak ester % | 12,26 % | 11,85 % |
Kadar serat kasar % | 4,51 % | 4,51 % |
Kadar protein kasar % | 13,74 % | 13,74 % |
Kadar ahan ekstrak tanpa nitrogen % | 52,25 % | 53,15 % |
6. Hasil pengamatan kelompok 6
a. Penetapan kadar air
Nama sample ( kode) | CGM 6A | CGM 6B |
Pengamatan/ pengulangan ke | I | II |
Berat cawan timbangan kosong kering (Xg) | 29,386 gram | 29,863 gram |
Berat cawan timbangan + sample (Yg) | 31,386 gram | 31,864 gram |
Berat cawan timbangan + sample kering (Zg) | 1. 31,1005 gram 2. 31,1593 gram 3. 31,1596 gram | 1. 31,6340 gram 2. 31,6365 gram 3. 31,6249 |
Kadar air % | 1. 11,2 % 2. 11,3 % | 1. 11,4 % 2. 11,3 % 3. 11,9 % |
b. Penetapan kadar abu
Nama sampel | CGM 6A | CGM 6B |
Pengamatan/pengulangan ke | I | II |
Berat cawan kosong kering (Xg) | 21,003 gram | 19,521 gram |
Berat cawan + sampel (Yg) | 23,008 gram | 21,521 gram |
Berat cawan + sampel abu (Zg) | 21,1528 gram | 20,4553 gram |
Kadar abu (%) | 1,7 % | 3,1 % |
c. Penetapan kadar lemak kasar
Nama sampel | CGM 6A | CGM 6B |
Pengamatan/pengulangan ke | I | II |
Berat kertas saring (a gram) | 0,709 gram | 0,912 gram |
Berat kertas saring + sample oven ( b gram) | 2,002 gram | 2,003 gram |
Berat kertas saring + sampel oven (c gram) | 2,4707 gram | 2,6568 gram |
Berat kertas saring + sample oven extrasi ( d gram ) | - gram | - gram |
Kadar lemak (EE) % | 0,5 % | 2,5 % |
d. Penetapan kadar protein kasar
Nama sampel | CGM |
Pengamatan/pengulangan ke | I |
Volume (ml) titrasi untuk sampel (X) | 26,5 ml |
Volume (ml) titrasi untuk blanko (Y) | 0,1 ml |
Berat sampel (Zg) | 2,0083 gram |
Kadar protein kasar (pk) % | 57,8 % |
e. Penetapan kadar serat kasar
Nama sampel | CGM |
Pengamatan/pengulangan ke | I |
Berat sampel (Xg) | 2,005 gram |
Berat penyaring + residu kering (Yg) | 27,7178 gram |
Berat penyaring + abu (Zg) | 27,6932 gram |
Kadar serat (SK)% | 1,2 % |
f. Penetapan kadar bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN)
nama sampel ( kode ) | CGM 6A | CGM 6B |
Pengamatan / pengulangan ke | I | II |
Kadar air (%) | 11,3 % | 11,3 % |
Kadar abu (%) | 1,7 % | 3,1 % |
Kadar ekstrak eter (%) | 6,5 % | 2,5 % |
Kadar serat kasar (%) | 1,2 % | - |
Kadar protein kasar (%) | 57,8 % | - |
4.2 Pembahasan
Pada praktikum ini, kami mengamati beberapa penetapan yaitu penetapan kadar air, penetapan kadar abu, peneapan kadar ekstrak eter (lemak kasar), penetapan protein kasar, penetapan serat kasar dan penetapan bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN). Untuk hasil dari analisis masing-masing pengamatan dapat dilihat dari tabel hasil pengamatan diatas. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Soejono, 1990 bahwa analisa proksimat dibagi menjadi enam fraksi nutrien yaitu kadar air, abu, protein kasar, lemak kasar, serat kasar dan bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN).
Analisis yang dilakukan pertama adalah penetapan kadar air, dimana bahan yang digunakan adalah Dedak. Hasil yang kami dapatkan setelah mengikuti cara kerja yang ada di atas adalah tabel hasil pengamatan penetapan kadar air dedak diatas. Hasil yang kami dapat yaitu pada pengulangan ke 1 adalah 11,59% dan pada pengulangan 2 adalah 11,88%. Sedangkan menurut (Zuprizal, 2000) bahwa kandungan kadar air pada dedak berkisar antara 8%-14%. Jadi hasil yang kami dapatkan masih di dalam range yang diungkapkan oleh Zuprizal. Sedangkan pada penelitian (Tris A, 2007) bahwa kadar air pada dedak berkisar antara 9,87%-11,37%, yang dilakukan di daerah bengkulu utara. Hal ini sudah wajar terjadi sesuai dengan yang diungkapkan oleh (Damardjati, 1982) yang dimuat dalam (Ishaq, 2001) bahwa keragaman sifat fisik gabah disebabkan terutama oleh faktor genetik yang dibawa oleh masing-masing varietas.
Pada analisis kedua yaitu penetapan kadar abu pada dedak, dengan hasil yang kami peroleh adalah pada pengulangan pertama 13,60% dan pada pengulangan kedua 14,36%. Menurut (Hartadi, 1997; Zuprizal, 2000) bahwa kadar abu dedak padi berkisar 5%-16%, dari data tersebut hasil yang kami dapatkan masih didalam range nilai kadar abu yang diungkapkan oleh Hartadi dan Zuprizal. Sedangkan pada penelitian (Tris A, 2007) didapat kadar abu adalah 9,65%-13,42%, jika dibandingkan dengan hasil yang kami dapatkan hasilnya lebih besar yang kami dapatkan, namun pada pengulangan pertama hasilnya mendekati dengan yang dikemukakan oleh Tris A.
Analisis ketiga yaitu penetapan kadar lemak kasar, data yang kami dapatkan setelah melakukan langkah-langkahnya yaitu pada pengulangan pertama adalah 2,05% sedangkan pada pengulangan kedua adalah 0,58%. Data yang saya dapatkan dari (Hartadi et al., 1997) adalah kadar lemak kasar pada dedak padi 5%-13%. Apabila dibandingkan dengan hasil yang kami dapatkan, jauh sekali hasilnya dibawah data yang dikemukakan oleh Hartadi, hal ini dapat terjadi kemungkinan karena human error, atau alat-alat yang digunakan dan bahan pelarut lemak yang digunakan berbeda. Apalagi ketika kami melakukan analisa ini bahan pelarut yang kami gunakan sudah tidak bagus lagi. Sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh (Tris A, 2007) hasil yang didapatkan adalah 5,50%-7,60%.
Analisis keempat adalah penetapan kadar protein kasar, data yang kami peroleh adalah 6,957%. Menurut (Zuprizal, 2000) kadar protein kasar adalah 8%-14%, dan pada penelitian (Tris A, 2007) adalah 9,76%-11,07%. Apabila dibandingkan maka hasil yang kami dapatkan masih jauh dibawah yang dikemukakan oleh Zuprizal dan penelitian Tris A. Hal ini dapat terjadi karena perbedaan bahan yang digunakan dan alat-alat yang digunakan.
Analissi kelima adalah penetapan kadar serat kasar, data yang kami peroleh adalah 18,30%. Menurut (Zuprizal, 2000) adalah kandungan serat kasar dedak padi 6%-30%. Apabila dibandingkan dengan hasil yang kami dapatkan maka masih termasuk didalam range yang diungkapkan oleh Zuprizal. Sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh (Tris A, 2007) kadar serat kasar adalah 12,95%-17,60%. Hasil yang ditunjukkan perbedaannya tidak begitu signifikan dan masih termasuk juga didalam range antara 6%-30%.
Hasil yang keenam adalah kadar bahan ekstrak tanpa nitrogen, hasil yang kami dapatkan adalah pada pengulangan pertama 47,48% dan pada pengulangan kedua adalah 47,90%. Menurut (Zuprizal, 2000) bahwa besarnya BETN dedak padi berkisar antara 23%-70%. Apabila dilihat hasil yang kami dapatkan maka, masih didalam range nilai BETN yang diungkapkan oleh Zuprizal. Sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh (Tris A, 2007) BETN antara 46,86%-48,67%. Dan apabila dibandingkan dengan hasil yang kami dapatkan masih termasuk juga dalam range nilai BETN yang dikemukakan oleh Tris A.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan praktikum analisis proksimat ini, dengan bahan yang kami gunakan adalah Dedak Padi didapatkan hasil sebagai berikut:
a. Kadar air yang ada didalam bahan dedak padi pada percobaan pertama dengan dua sampel didapat 11,4885% dan 11,5984 % dan percobaan kedua dengan hasil.11,6400% dan 11,8850%.
b. Kadar abu yang ada didalam bahan dedak padi dengan menggunakan dua sampel didapat hasil 13,60 % dan 14,36 %.
c. Kadar lemak kasar yang ada didalam bahan dedak padi dengan menggunakan dua sampel didapat hasil yaitu 2,0539 % dan 0,5841%.
d. Kadar protein kasar yang ada didalam bahan dedak padi adalah 6,957%.
e. Kadar serat kasar yang ada didalam bahan dedak padi adalah 18,30%.
f. Penetapan bahan ekstrak tanpa nitrogen yang ada didalam bahan dedak padi yaitu 47,48% dan 47,905%
5.2 Saran
Untuk para praktikan, sebaiknya ketika dijelaskan maka diperhatikan agar mengerti dan paham apa yang akan dilakukan. Agar tidak terjadi kesalahan dalam melakukan praktikum ini.
Untuk pihak laboratorium, sebaiknya alat-alat yang akan digunakan, dipersiapkan dan kalau bisa alatnya lebih dilengkapi lagi, untuk menunjang praktikum ini.
Untuk pelaksanaan praktikum, sebaiknya waktu pelaksanaan praktikum disediakan khusus agar tidak bertabrakan dengan praktikum yang lainnya, karena jika bertabrakan maka akan mengganggu praktikum tersebut, dan praktikum ini juga akan terganggu.
DAFTAR PUSTAKA
Akbarillah, Tris, dkk. 2007. Kualitas Dedak dari Berbagai Varietas Padi di Bengkulu Utara. Jurnal Sains Peternakan Vol 2. No 1: 36-40.
Amrullah, K. I. 2002. Nutrisi Ayam Broiler. Lembaga Satu Gunung Budi. Bogor.
Anggorodi, R. 1994. Ilmu Makanan Ternak Umum. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Buckle. 2005. Analisis Kandungan Pakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Chandra. 2001. Metode Analisis Proksimat. Erlangga. Jakarta.
Cherney, D. J. R. 2000. Characterization of Forage by Chemical Analysis. Dalam Given, D. I., I. Owen., R. F. E. Axford., H. M. Omed. Forage Evaluation in Ruminant Nutrition. CABI Publishing – 281-300. Wollingford.
Erizal. 2011. Analisis Kandungan Nutrisi Ransum Dari Limbah Perkebunan Kelappa Sawit dan Agroindustri Yang Difermentasi Menggunakan Probiotik Dengan Lama Pemeraman Berbeda. Skripsi. Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Negri Sultan Syarif Kasim Riau. Pekanbaru.
Hafez, E.S.E. 2000. Metode Analisis Proksimat. Erlangga. Jakarta.
Hartadi, dkk. 1997. Tabel Komposisi Pakan Untuk Indonesia. UGM Press. Yogyakarta.
Ishaq, A. Arifin Amril, M. Dan Nancy Lahay. 2001. Pengaruh Jenis Penggilingan dan Varietas Padi Terhadap Kandungan Protein Dan Serat Kasar Dedak Padi Yang Telah Mengalami Penyimpanan Satu Bulan. Buletin Nutrisi Dan Makanan Ternak, Vol 2 (2). 55-63.
Kamal, M. 1998. Nutrisi Ternak I. Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, UGM. Yogyakarta.
Khairul. 2009. Ilmu Gizi dan Makanan Ternak. Angkasa. Bandung.
Murtidjo, B. A. 1987. Pedoman Meramu Pakan Unggas. Kanisius. Yogyakarta.
Rasyaf, M. 1992. Seputar Makanan Ayam Petelur. Kanisius. Yogyakarta.
Soejono, M. 1990. Petunjuk Laboratorium Analisis dan Evaluasi Pakan. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Suparjo, P. 2010. Reposisi Tanaman Pakan. Erlangga. Jakarta.
Sutardi, T.R. 2012. Ilmu Bahan Makanan Ternak. Fakultas Peternakan Universitas Jendral Soedirman. Purwokerto.
Tillman, A. D. H. Hartadi, S. Reksohadiprojo, S. Prawirokusumo. 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Universitas Gadjah Mada Press. Yogyakarta.
Tris Akbarillah, Hidayat dan Tuti Khoiriyah. 2007. Kualitas Dedak Dari Berbagai Varietas Padi Di Bengkulu Utara. Jurnal Sains Peternakan Indonesia Vol. 2, No 1. Bengkulu.
Winarno. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka. Purwokerto.
Zuprizal. 2000. Komposisi Kimia Dedak Padi Sebagai Bahan Pakan Lokal Dalam Ransum Ternak. Buletin Peternakan Edisi Tambahan. 282-286
Terima kasih kak, membantu untuk pembuatan laporan.
BalasHapusLebih banyaj kan lagi kak share laporannya, kalo ada soal-soal ujian sekalian
Tterima kasih sudah berkunjung.
HapusIya, nanti bakal di share lagi buat laporan dan materi kuliahnya.
Untuk soal-soal ujian juga diusahakan.